Senin, 23 September 2013

Shave For Hope 2013

Hari Minggu 15 September 2013 rambut gue resmi botak. Setelah terakhir mungkin kelas 1 SMA :))
Itu sekitar 8 tahun yang lalu. Eh entahlah, lupa juga sih. Yang jelas beberapa tahun terakhir gue malah sering dibilang kribo.

Shave For Hope. Sebuah acara charity penggalangan dana untuk di donasikan kepada YPKAI-C3 (Yayasan Pita Kuning Anak Indonesia - Community of Children with Cancer). Sebuah yayasan yang menaungi anak-anak yang mengidap kanker. Dengan di botak itu sama dengan kita menyumbang 100rb.
Kenapa botak? Karena untuk ngasih tau anak-anak yang juga botak karena kemo, bahwa botak itu baik, ga perlu malu dan merasa beda :)) "Rambut kita masih bisa tumbuh, tapi harapan mereka belum tentu." Sebuah acara brillian sih kalau menurut gue.






Tahun 2013 adalah tahun kedua acara ini dilaksanakan. Gue pun tau acara ini dari temen gue yang ikutan tahun lalu. Eddy Brokoli memutuskan untuk "menggunduli" rambutnya yang kribo dimana selama 15th tak pernah beliau potong, dan rambutnya berhasil di lelang sebesar 160 juta! Dan itu di sumbangkan semua :')))








Entahlah, tapi menurut gue ide-ide yang kaya gini mesti kita dukung agar banyak orang berlomba-lomba membuat sesuatu yang kreatif untuk kebaikan orang banyak :)
Maka, ketika kita berada dalam satu frekuensi, tanpa sadar kita telah mengimplementasikan apa yang terkandung dalam Surat Al-Baqarah ayat 148.

". . . Maka berlomba-lombalah kamu dalam berbuat kebaikan. . ."

:)))

Kamis, 12 September 2013

Kamu Tau?



Aku masih ingat senyummu kala itu.
Ketika aku bertanya, apa definisi cantik menurutmu.
Lalu kau pun menjawab.

Bla bla bla bla. . .

Ku tatap matamu tanpa kuperhatikan betul sewaktu kamu menjelaskan panjang lebar definisi cantik secara diplomatis ala-ala miss universe.

Kamu cerewet.

Setelahnya, aku sodorkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, lalu menyuruhmu mencari kata “cantik”. Kamu tampak begitu serius, dan tak lama kamu tersenyum. Tersenyum ketika menemukan kata “kamu” yang ditulis tangan menggunakan pulpen disitu. Diujung definisi kata cantik d KBBI.

“Gombal bangettt, anjir!” katamu, padahal seneng tuh.

Besoknya aku di omelin teteh teteh perpus karena corat coret buku sembarang, entahlah dia tau darimana, untungnya cantik walaupun agak judes memang, jadinya dimaklum. Kan yang cantik mah bebas mau ngapain juga lah.Takdirnya enak ya hehehe.

Kamu yang aku ceritakan setelahnya pun tertawa puas. Kamu minta aku sleding ya?
Gombalan kemaren lalu, akhirnya harus aku bayar puluhan ribu untuk membeli KBBI baru di toko buku samping departement store yang terkenal itu. Padahal cuma nyoret dikit. Lebay banget lah si teteh judes itu.
Ya walaupun buku yang lama boleh aku bawa pulang sih. Mungkin itu salah satu strategi konspirasi teteh teteh perpus biar dapet buku baru.

Sambil tersenyum kamu bilang.
 “Buku yang kamu coret coret buat aku aja ya, aku bayar pake pecel ayam deh.  Gimana? Deal? :)
 
Dengan sok cool aku balik bertanya.
 “Minumnya ngga sekalian nih?”

Dan aku pingsan di getok buku KBBI berat 3 kg. 
Tapi tetep ganteng.

Kamu tau?
 
Dari seribu gurat senyuman yang ku lihat di titik terendah pagi.
Cuma lengkung senyummu yang terukir jelas sebelum pulas.

Akupun tiba-tiba laper.

Can't Agree More With Einstein Said





“ Everybody is a genius. But if you judge a fish by its ability to climb a tree, it while live its whole life believing that it is stupid.” -Albert Einstein

Can’t agree more with Einstein said.
Masing-masing dari kita ini genius. Genius  itu bukan makanannya para profesor dan kaum intelek saja. Kita semua genius. Tapi kebanyakan dari kita ga sadar, kita terlalu sibuk membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain.
Memang, kita semua seperti terjebak didalam sebuah lingkaran hitam sistem pendidikan yang kurang mendukung. Misalnya saja konsep Ujian Nasional. Ga mungkin dong ratusan ribu siswa diukur minat dan kemampuannya hanya dengan 4-6 pelajaran? Ya mungkin yang di tes adalah pelajaran-pelajaran dasar. Tapi apa semua siswa menguasai pelajaran tersebut. Bagaimana dengan mereka yang sukanya seni atau olahraga? Kita ga bisa menilai siswa yang minat dan kemampuannya di musik dengan kemampuannya dalam memecahkan soal matematika. Sama dengan apa yang di ibaratkan Einstein. Kita ga bisa dong men-judge ikan yang ga bisa manjat pohon, padahal kemampuan terbaiknya itu berenang.

Anggapan  bahwa kelas IPA lebih baik dari IPS itu juga kuno. Gue dulu malah ga akan bisa kalau mau masuk IPS karena nilai IPS gue kecil dibanding IPA. Ya mau gimana, gue ga doyan sama yang namanya hafalan. Yang amat disayangkan kebanyakan orang tua ingin anaknya masuk IPA. Memang sih, kalau kita masuk dikelas IPA, ketika hendak melanjutkan kuliah banyak jurusan yang dapat kita pilih dibandingkan dengan IPS. Tapi yang jadi masalah itu kalau si anaknyam emang ga minat ke IPA. Mereka jadi susah nangkep pelajaran, tertinggal daripada temannya yang lain, dapat nilai kecil. Lalu orang tua si anak menyalahkannya, dikarenakan kurang giat belajar. Ga adil kan.

Menurut gue sih harusmya pendidikan di sekolah itu lebih menekankan kepada moral, akhlak, memancing kreatifitas siswa, mengerucutkan minat  si anak agar ia fokus mengembangkan minatnya tersebut. Bersosialisasi dengan sesama manusia maupun dengan alam. Konsepnya sih yang basic-basic aja. Tapi kuat. Mengakar.

Secara ga sadar mindset kita sewaktu sekolah itu selalu setuju, bahwa yang paling pinter dikelas adalah ia yang paling jago matematika. Dimata murid punya nilai matematika yang bagus itu “gengsi”nya lebih besar ketimbang nilai pendidikan agamanya. Mungkin itulah cikal bakal banyaknya korupsi di Indonesia. Kita selalu percaya bahwa Indonesia itu punya banyak orang yang pintar, tapi ya gitu.

Konsep yang kaya gini juga yang “menjebak” kita untuk menjadi karyawan selamanya. Gue pernah berbincang dengan Fatur teman gue semasa SMA sekaligus temen maen band. Waktu itu gue diajak ke kedai seorang kawannya yang ia kenal lewat Komunitas Tangan Di Atas. Sebuah komunitas entrepreneur. Disana kita ngebahas tentang dasar-dasar langkah untuk memulai menjadi seorang entrepreneur.  Menurut dia, semakin tinggi jenjang pendidikan yang kita ambil semakin sulit kita memutuskan untuk menjadi seorang entrepreneur. Ya coba deh kalian yang udah lulus S1, kepikiran ga sih buat usaha? J Kebanyakan dari kita setelah lulus pasti tujuannya adalah cari kerja yang gajinya menurut kita layak. Paling cuma beberapa yang mutusin jadi entrepreneur.

Emang sih ga mungkin juga kan semua rame-rame jadi entrepreneur. Ada yang bakatnya jualan, ada yang bakat ngajar jadi guru, jadi musisi? :) Tiap orang punya minat dan kemampuan atas kapasitasnya masing-masing. Ya paling tidak apa yang kita jalani sekarang adalah apa yang menjadi minat dan kemampuan kita sesuai dengan kapasitasnya. Ukuran apakah kita sedang berada di “track” yang benar adalah: Ketika kerja, ga banyak ngeluh. Enjoy.

Wakakakak sebenernya itu gue banget. Ini tulisan dibuat sebagai peringatan buat gue juga sih. Bahwa gue udah ga cocok dengan apa yang gue kerjain sekarang. Apa yang membuat gue bertahan tidak lain hanyalah rasa syukur :) Gue cuman memposisikan diri gue sendiri untuk hati-hati di “track” dan sigap dalam melihat rambu-rambu peringatan.

Gue selalu percaya bahwa kalau kita jeli, setiap orang itu selalu punya poin plus dibanding orang lain berdasarkan kapasitasnya. Misal, ada orang yang pinter dalam hal pelajaran tapi orangnya garing dan kutu buku, jangan lantas kamu jauhin. Siapa tau dia bisa bantu kamu belajar bareng kalau kamu mentok. Atau kamu pasti pernah liat orang yang ga jago-jago dalam pelajaran, tapi temennya banyak dan dia populer. Perhatiin bagaimana ia berkomunikasi, perhatiin gimana dia bisa narik perhatian, bagaimana dia bercanda. Cewek cerewet tapi kamu bisa mintain pendapat tentang fashion terbaru. Cewek pendiem yang ternyata wawasannya luas karena suka baca buku. Cowok culun tapi ngerti banget tentang komputer. Cowok jorok dan kucel tapi jago banget maen musik. See?  :)))

Bertemanlah dengan yang kutu buku sampai ke playboy kampus. Dari yang polos sampai yang kacrut. Dari yang hobi minum sampai yang hobi ngaji.

Setiap orang itu spesial. Tentu saja juga punya kekurangan. Tapi kita bisa ngambil poin-poin yang baik dari mereka kan?

Kita sepakat bahwa Cristiano Ronaldo itu salah satu pemain sepak bola terbaik di dunia. Namun andai kata ada 11 Cristiano Ronaldo di dunia dalam satu tim. Pelatih manapun pasti ogah mainin semuanya secara bersamaan.
Iya! Bener.. :))



Sama kaya sepakbola yang ditiap posisi mempunyai tugasnya masing-masing. Hidup pun begitu.
Kamu ga bisa bilang Tuhan itu ga adil hanya karena kamu seorang buruh dan tetangga kamu seorang manager kaya raya. Sama halnya dengan orang tua kita dulu yang memberi uang jajan kakak kita yang dibangku kuliah 30 ribu sedangkan kita yang kala itu masih SMA hanya 15 ribu. Lantas apa orang tua kita telah tidak berlaku adil?

Kita hanya menjalankan peran dari Tuhan, berdasarkan ikhtiar yang kita lakukan bersesuaikan dengan kapasitas :)
 
Seperti layaknya sebuah tim sepak bola. Seharusnya manusia pun begitu. Bergerak dalam tim, menjalankan posisi terbaik, memerankan tugasnya dengan konsistensi, menopang satu sama lain untuk membobol gawang lawan.

Terlepas dari siapapun yang mencetak gol.
Disitu, kitalah yang menang :))



Aku. Kamu. Genius.