Rabu, 18 Desember 2013

Vespa

Suatu pagi di hari minggu, kamu terbangun dengan wajah yang ceria. Bukan karena MU tim sepak bola kesukaanmu yang menang semalam. Iya, yang waktu nobar kamu malah ketiduran. Tapi kamu ceria karena kamu akan menemui seorang perempuan yang katamu mirip dengan Zaskia Mecca campur Mamah Dedeh. Hahaha. Ada-ada saja.

Kamu buka jendela kosanmu, membiarkan udara pagi dan semburat sinar matahari masuk ke kamarmu yang ibarat gudang militer. Ah acak-acakan sekali, pikirmu memang laki-laki wajar seperti itu kosannya. Kamu nyalakan dispenser, untuk siap melakukan ritual pagi seperti biasanya. Menyeduh kopi dan hisapan sebatang rokok sambil pup.

Kamu mandi dengan khusyuk sekali, tak seperti biasanya. Wangi sabunnya terlalu girlly. Ya iya, itu kan sabun GIV yang kamu pinjam dari mbak Mela kamar kosan sebelah. Sabunmu yang biasa habis katanya, ntahlah kamu pakai untuk apa. Untuk saat ini, yang penting wangi, pikirmu.

Kamu sruput tegukan terakhir kopi mu yang sudah menjadi dingin. Kamu dandan rapih sekali pagi itu. Kamu siapkan kemeja yang kamu pinjam dari adekmu kemaren sewaktu pulang. Ah kamu mah emang ga modal, untuk setrikanya juga kamu pinjam. Lagi-lagi ke mbak Mela.

Rambutmu baru dipotong di pangkas rambut asgard. Bukan Asgard tempat tinggalnya Thor sama Loki. Ini asgard = Asli Garud he he he. Minta potongan yang trendy masa kini, pintamu ke Kang Darto, tukang pangkas rambut langgananmu. Kamu olesi rambutmu dengan pomade biar klimis. Voila! "Tampan sekali". katamu, padahal ngga.

Setelah kamu rasa ciamik, kamupun keluar manasin si vespa orange andalanmu. Baru kamu cuci steam di pengkolan depan kosan. "Mudah-mudahan hari ini ga ujan deh" katamu. Sayang duitnya lumayan cuci steam 10 ribu bakal warteg.

Siapa sih perempuan itu, sampai kamu sedetail ini persiapaannnya?
Perempuan itu bernama Ata, nama yang unik menurutmu, begitupun orangnya. Kamu merasa dia cukup mempunyai prospek untuk kamu jadikan pacar. Dipikir MLM, pake di prospek.

Tingginya sebahumu. Manis dan berlesung pipi. Diatas matanya yang sayu, melengkung alisnya yang tebal.
Cocoklah, pikirmu. Tapi kamu harus berhati-hati, kamu harus pastikan apakah kamu berbeda keyakinan dengannya atau ngga. Jika tidak, nanti kamu merasa yakin cocok, taunya dianya ngga yakin hahaha. Ya memang masalah beda keyakinan ini adalah masalah mendasar dalam realita sebuah romansa. Menjadikan seseorang yang kasmaran rela menunggu, rela ga move on, rela di friendzone-in dan rela-rela lainnya. Padahal cinta itu bukan angkot, ga butuh 'ngetem'. Perempuan ada tiga milyar dua puluh satu diluar sana, katamu. Hehehe. Iya deh, setuju.

Sambil ikat tali sepatumu, kamu sapa si Doni yang lagi jemur celana dalemnya depan kosan.

"Wuiihh tumben rapi, men. Mau kemane?" Doni nanya.

"Yaelah biasa, rutinitas orang cakep tiap weekend. Ngapel. Hehehe" Kamu jawab ngeselin.

"Hahaha. Tai."

"Ok, cabut dulu gue yak. Jagain kosan gue."

"Iye, nyet. Ati-ati lu."

Kamu kebut vespa-mu, melewati jalanan yang sedikit becek oleh karena hujan semalam. Semilir angin meniup aroma daun basah memanjakan bulu hidungmu yang semenjak tadi keluar-keluar, ada yang luput untuk kamu rapikan ternyata. Matahari yang cerah tertutup awan. Ada Chris Martin lagi nyanyi-nyanyi lagu 'Charlie Brown' di headset yang nempel di telinga kamu. Ada mba-mba tukang nasi uduk yang cantik, dan tadi kasih senyum ke kamu. Ah, seolah-olah semesta berkonspirasi ingin membuatmu senang hari ini, pikirmu.

Sebentar lagi kamu tiba di halte tempat kamu janjian dengannya untuk bertemu. Didepanmu ada sesosok perempuan berkerudung pink berkacamata sedang berdiri. Mengenakan sweater rajut berwarna pink, serasi dengan krudungnya. Kulitnya yang putih langsat. Bikin jadi kaya susu strawberry. Dia melempar senyum. Kamu pura-pura ga tau. Sambil cuek kamu lewatin dia gitu aja. Dia bengong. Dia ngambil batu. Dia lempar kamu pake batu. Sambil teriak "BANGSAT!"

Eh. Ngga gitu deng.
Berenti tepat disampingnya. Sambil senyum kamu nanya. "Ojeg neng?"
Sambil mesem-mesem dia mukul manja kamu. Cie.

"Ngga ah, abang ojegnya jelek."

"Hahaha. Eh, mmm..sebenernya dari kemaren ada yang pengen aku tanyain ke kamu." muka serius

"Apa?" muka serius juga.

"Itu, aku bingung.. Kacamata kamu."

"Kenapa kacamata aku?"

"Aku bingung, kacamata kamu kok bisa nempel ya. Kamu ganjel pake apa? Kan ga ada idungnya."

"Iya! Aku pesek, jahat ih, maennya fisik. Uda ah. Pulang!"

"Haha, cemen ah pundungan. Yuk cantik, berangkat."

"Mau kemana sih kita?"

"Rahasia. Duduk aja dulu."

"Tumben vespa kamu bersih."

Rabu, 09 Oktober 2013

Kala itu, 9 Oktober 1988

9 Oktober 1988 adalah hari bersejarah untukku. Hari dimana ketika dua insan saling mengikat janji, merencanakan dengan detail sebuah penyelundupan terbesar. Penyulundupan apa? Ya penyelundupan aku. Pidibaiq bilang, katanya, aku ini adalah imigran dari sorga, yang diselundupkan ayahku ke bumi ketika tegang di kamar pengantin, hahaha. Mungkin dia ada benarnya.

9 Oktober 1988, hari pernikahan ayah dan mamahku. Aneh ya, harusnya panggilan itu ayah-ibu atau papah-mamah. Ini malah ayah-mamah hehehe. Tak apalah, mungkin itu dasar mengapa aku suka yang anti-mainstream. Taun ini 2013. Genap 25 tahun usia pernikahan mereka. Atau bahasa kerennya the silver wedding :)

Aku ingin memberikan sesuatu yang spesial sebagai hadiah. Memikirkan barang apa yang istimewa yang bisa aku kasih. Sayang sekali aku tidak mempunyai seorang saudara perempuan untuk bersama-sama memikirkan hal yang so sweet, seperti kebanyakan teman-teman perempuanku kepada ayah ibunya. Hanya seorang adik laki-laki yang kupunya yang sekarang beranjak dewasa, mudah-mudahan tak akan senakal aku. Hal yang mungkin jarang ibuku dengar mungkin kalimat "Aku sayang mamah". Ibuku saja mungkin jarang dengar, jarang sekali, mungkin hanya dalam pesan pesan singkatku. Apalagi ayah. Kayanya ga pernah. Ya makanya kalau nanti aku berumah tangga, aku ingin punya seorang anak perempuan, biar di so sweet-in hahaha. Tapi apalah sebuah ucapan jika tak di barengi tindakan. Mudah-mudahan, meski aku tak pernah mengucapkannya langsung, dari segala perbuatanku, aku yakin mereka tau bahwa aku sangat, sangat mencintai dan menghormati mereka.

Suatu waktu, aku pernah berbicara pada ayahku tentang mimpiku untuk menjadi seorang penulis. Entahlah penulis apa, aku tak ingin membatas batasinya. Maka, untuk hadiah aku berpikir. Kenapa aku tak membuat sebuah tulisan saja? :)

Aku bersyukur dilahirkan dari lingkungan keluarga yang hangat, penuh kasih sayang, dan perhatian  Dibesarkan ayah ibu yang hebat. Buatku, ayah bukanlah hanya seorang yang menafkahiku dari bayi hingga sampai aku yang sekarang, aku yang bisa bikin bayi kalau mau hahaha. Ayah adalah panutan setelah Nabi-ku. Ayah adalah apa yang aku iri sebagai laki-laki. Kharismatik, berwibawa, dan tenang. Apa yang menempel didirinya adalah segala atribut yang dibutuhkan seorang pemimpin. Sosok punggungnya adalah kebanggaan. Ia yang mengantarkanku ketitik ini. Ah entahlah, ayah terlalu bisa diandalkan. Ia ingin selalu aku "aman". Padahal selayaknya anak laki-laki, aku selalu mendamba sebuah petualangan. Aku hanya ingin menjadi sepertinya, karena mungkin ia lupa, apa yang membentuk beliau yang sekarang adalah "petualangan-petualangan" yang telah ia lewati. Sosoknya sebagai pemimpin sudah terlihat semenjak beliau kecil. Jadi ketua kelas dari SD sampai SMA. Aktif berorganisasi. Menjadi ketua Karang Taruna, menyatukan beberapa kampung yang dulu suka konflik untuk bergerak bersama, dan itu tidaklah mudah. Beberapa orang tau ayahku adalah seorang RT dalam 10 taun belakangan ini. Padahal ketika ia masih bujangan, beliau sudah menjadi ketua RT dilingkungan rumahnya. Bakat apa gimana ya :)))

Pernah kuliah hukum, tapi karena satu dan lain hal kemudian ia banting stir ke jurusan keguruan. Numpang tinggal dirumah saudara semenjak SMA hingga kuliah. Masa-masa yang berat pada awal pernikahan membuatnya harus bekerja lebih keras, mencari kerjaan diluar profesinya sebagai guru. Dibantu ibuku yang bekerja sebagai karyawan disebuah notaris. Maklumlah, kala itu penghasilan guru kecil. Apalagi ayah masih bekerja sebagai guru honorer. Tapi benarlah kalimat bahwa anak adalah pembuka pintu rezeki. Ketika aku lahir, ayah diangkat sebagai PNS, dan taukah kamu, hampir saja aku dinamai Eska katanya. Merujuk pada SK diangkatnya ayah sebagai PNS hahaha. Tapi ga jadi, malu katanya, ketauan banget :)))

Sebagian temanku yang main kerumah selalu takut dengan ayah. Kaya bos mafia katanya hahaha. Padahal kalau sudah dekat, ayah ku adalah teman ngobrol yang seru. Setiap minggu dimana aku pulang kerumah dari Jakarta tempatku bekerja, tak pernah aku lewatkan sedikitpun diskusi kecil dimalam hari sebelum tidur. Dengan ayah ngobrol ditemani segelas kopi, membicarakan dari hal-hal berbau politik, agama, pandangan hidup, hingga tipe menantu yang ayah pengen katanya hahaha.
Packaging nya aja yang serem, sebenarnya orangnya humoris. Aku selalu senang ketika ia menggoda ibuku atas makannya yang keasinan atau kebiasaan ibuku yang suka tiba-tiba ketiduran kalau sudah berada di tempat yang adem dan empuk :)))
Ya, beliau adalah inspirasi, yang membentuk apa-apa yang baik padaku.


Lalu bagaimana dengan ibuku katamu?
Ah, apalah ibu itu. Hanya jantung yang bedegub di dadaku.

Ibuku adalah seorang wanita multi talenta, melebihi Agnes Monica menurutku :)))
Bagaimana tidak, ia menjalankan perannya dengan baik sebagai seorang karyawan, seorang istri, seorang ibu, dan seorang ibu RT :)))
Kamu taukan bagaimana caraku tertawa? sebagiannya mungkin warisan dari ibuku hahaha.

Ia jarang sekali memarahiku atas kesalahanku. Ketika aku salah, ayahku yang datang menasehatiku, karena mereka tau sekali ketika emosi naik, seseorang kadang susah mengontrol apa yang ia ucapkan. Dan seorang ibu harus selalu mejaga ucapannya kepada anak-anaknya. Ya karena setiap ucapan ibu adalah doa kan? Ibuku berujar, seorang anak yang bodoh bisa saja karena ibunya tidak bisa menjaga ucapan kepada anaknya, misal: "Ih, kamu mah blo'on, gitu aja ga bisa, gimana sih". Mungkin saja itu diucapkan secara ga sadar atau sekedar becandaan. Tapi berhati-hatilah kelak hey para calon ibu. Ucapan ibu itu doa :))) 

Sebulan pertama, setelah pertama kali aku menapakan kakiku di dunia kerja. Hal yang aku rasakan adalah capek juga ya kerja. Kok banyak orang yang mau-maunya nyari kerja padahal kerja itu capek kan hahaha.
Lalu aku teringat ibuku ketika aku masih kecil. Bagaimana bisa tubuhnya yang mungil bekerja dengan jumlah jam kerja yang sama dengan ku, lalu mesti bangun pagi untuk menyiapkan sarapan, menyapu rumah, menjemur pakaian, mengantar aku sekolah, lalu berangkat kerja, kemudian menjelang sore menjemputku dan adik ku dirumah nenek dan begitu setiap hari.

Ketika aku menggenggam slip gaji pertamaku.
Dengan cara-Nya, Tuhan telah membuatku berkali-kali, jauh berkali-kali lipat mencintai ibuku :)
Taun lalu beliau memutuskan berhenti bekerja, katanya biar aku saja yang kerja, capek katanya, udah tua :)))
Mungkin memang sudah waktunya tongkat estafet berpindah.

Kini ibuku sudah menjadi ibu rumah tangga seutuhnya. Hanya jabatan ibu RT yang sepertinya tak bisa lepas.
Sedang rajin masak sekarang, mencoba resep-resep baru yang belum sempat Ia coba semasa masih kerja. Dulu yang aku ingat kalau bikin kue selalu bantet hahaha. Tapi abis juga akhirnya :))

Dari mereka, aku belajar tentang hidup.
Dari mereka, aku bersyukur.
Karena mereka, aku menjadi sesuatu.
Dan sekarang, giliranku, untuk menjadi keren :)))

Selamat ulang tahun pernikahan yang ke-25. Ayah dan Mamah. Jangan minta hadiah menantu dulu ya, ripuh entar hahaha. Doa terbaik dari anakmu di kamar kosan :)




Jakarta, 9 Oktober 2013

Senin, 23 September 2013

Shave For Hope 2013

Hari Minggu 15 September 2013 rambut gue resmi botak. Setelah terakhir mungkin kelas 1 SMA :))
Itu sekitar 8 tahun yang lalu. Eh entahlah, lupa juga sih. Yang jelas beberapa tahun terakhir gue malah sering dibilang kribo.

Shave For Hope. Sebuah acara charity penggalangan dana untuk di donasikan kepada YPKAI-C3 (Yayasan Pita Kuning Anak Indonesia - Community of Children with Cancer). Sebuah yayasan yang menaungi anak-anak yang mengidap kanker. Dengan di botak itu sama dengan kita menyumbang 100rb.
Kenapa botak? Karena untuk ngasih tau anak-anak yang juga botak karena kemo, bahwa botak itu baik, ga perlu malu dan merasa beda :)) "Rambut kita masih bisa tumbuh, tapi harapan mereka belum tentu." Sebuah acara brillian sih kalau menurut gue.






Tahun 2013 adalah tahun kedua acara ini dilaksanakan. Gue pun tau acara ini dari temen gue yang ikutan tahun lalu. Eddy Brokoli memutuskan untuk "menggunduli" rambutnya yang kribo dimana selama 15th tak pernah beliau potong, dan rambutnya berhasil di lelang sebesar 160 juta! Dan itu di sumbangkan semua :')))








Entahlah, tapi menurut gue ide-ide yang kaya gini mesti kita dukung agar banyak orang berlomba-lomba membuat sesuatu yang kreatif untuk kebaikan orang banyak :)
Maka, ketika kita berada dalam satu frekuensi, tanpa sadar kita telah mengimplementasikan apa yang terkandung dalam Surat Al-Baqarah ayat 148.

". . . Maka berlomba-lombalah kamu dalam berbuat kebaikan. . ."

:)))

Kamis, 12 September 2013

Kamu Tau?



Aku masih ingat senyummu kala itu.
Ketika aku bertanya, apa definisi cantik menurutmu.
Lalu kau pun menjawab.

Bla bla bla bla. . .

Ku tatap matamu tanpa kuperhatikan betul sewaktu kamu menjelaskan panjang lebar definisi cantik secara diplomatis ala-ala miss universe.

Kamu cerewet.

Setelahnya, aku sodorkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, lalu menyuruhmu mencari kata “cantik”. Kamu tampak begitu serius, dan tak lama kamu tersenyum. Tersenyum ketika menemukan kata “kamu” yang ditulis tangan menggunakan pulpen disitu. Diujung definisi kata cantik d KBBI.

“Gombal bangettt, anjir!” katamu, padahal seneng tuh.

Besoknya aku di omelin teteh teteh perpus karena corat coret buku sembarang, entahlah dia tau darimana, untungnya cantik walaupun agak judes memang, jadinya dimaklum. Kan yang cantik mah bebas mau ngapain juga lah.Takdirnya enak ya hehehe.

Kamu yang aku ceritakan setelahnya pun tertawa puas. Kamu minta aku sleding ya?
Gombalan kemaren lalu, akhirnya harus aku bayar puluhan ribu untuk membeli KBBI baru di toko buku samping departement store yang terkenal itu. Padahal cuma nyoret dikit. Lebay banget lah si teteh judes itu.
Ya walaupun buku yang lama boleh aku bawa pulang sih. Mungkin itu salah satu strategi konspirasi teteh teteh perpus biar dapet buku baru.

Sambil tersenyum kamu bilang.
 “Buku yang kamu coret coret buat aku aja ya, aku bayar pake pecel ayam deh.  Gimana? Deal? :)
 
Dengan sok cool aku balik bertanya.
 “Minumnya ngga sekalian nih?”

Dan aku pingsan di getok buku KBBI berat 3 kg. 
Tapi tetep ganteng.

Kamu tau?
 
Dari seribu gurat senyuman yang ku lihat di titik terendah pagi.
Cuma lengkung senyummu yang terukir jelas sebelum pulas.

Akupun tiba-tiba laper.

Can't Agree More With Einstein Said





“ Everybody is a genius. But if you judge a fish by its ability to climb a tree, it while live its whole life believing that it is stupid.” -Albert Einstein

Can’t agree more with Einstein said.
Masing-masing dari kita ini genius. Genius  itu bukan makanannya para profesor dan kaum intelek saja. Kita semua genius. Tapi kebanyakan dari kita ga sadar, kita terlalu sibuk membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain.
Memang, kita semua seperti terjebak didalam sebuah lingkaran hitam sistem pendidikan yang kurang mendukung. Misalnya saja konsep Ujian Nasional. Ga mungkin dong ratusan ribu siswa diukur minat dan kemampuannya hanya dengan 4-6 pelajaran? Ya mungkin yang di tes adalah pelajaran-pelajaran dasar. Tapi apa semua siswa menguasai pelajaran tersebut. Bagaimana dengan mereka yang sukanya seni atau olahraga? Kita ga bisa menilai siswa yang minat dan kemampuannya di musik dengan kemampuannya dalam memecahkan soal matematika. Sama dengan apa yang di ibaratkan Einstein. Kita ga bisa dong men-judge ikan yang ga bisa manjat pohon, padahal kemampuan terbaiknya itu berenang.

Anggapan  bahwa kelas IPA lebih baik dari IPS itu juga kuno. Gue dulu malah ga akan bisa kalau mau masuk IPS karena nilai IPS gue kecil dibanding IPA. Ya mau gimana, gue ga doyan sama yang namanya hafalan. Yang amat disayangkan kebanyakan orang tua ingin anaknya masuk IPA. Memang sih, kalau kita masuk dikelas IPA, ketika hendak melanjutkan kuliah banyak jurusan yang dapat kita pilih dibandingkan dengan IPS. Tapi yang jadi masalah itu kalau si anaknyam emang ga minat ke IPA. Mereka jadi susah nangkep pelajaran, tertinggal daripada temannya yang lain, dapat nilai kecil. Lalu orang tua si anak menyalahkannya, dikarenakan kurang giat belajar. Ga adil kan.

Menurut gue sih harusmya pendidikan di sekolah itu lebih menekankan kepada moral, akhlak, memancing kreatifitas siswa, mengerucutkan minat  si anak agar ia fokus mengembangkan minatnya tersebut. Bersosialisasi dengan sesama manusia maupun dengan alam. Konsepnya sih yang basic-basic aja. Tapi kuat. Mengakar.

Secara ga sadar mindset kita sewaktu sekolah itu selalu setuju, bahwa yang paling pinter dikelas adalah ia yang paling jago matematika. Dimata murid punya nilai matematika yang bagus itu “gengsi”nya lebih besar ketimbang nilai pendidikan agamanya. Mungkin itulah cikal bakal banyaknya korupsi di Indonesia. Kita selalu percaya bahwa Indonesia itu punya banyak orang yang pintar, tapi ya gitu.

Konsep yang kaya gini juga yang “menjebak” kita untuk menjadi karyawan selamanya. Gue pernah berbincang dengan Fatur teman gue semasa SMA sekaligus temen maen band. Waktu itu gue diajak ke kedai seorang kawannya yang ia kenal lewat Komunitas Tangan Di Atas. Sebuah komunitas entrepreneur. Disana kita ngebahas tentang dasar-dasar langkah untuk memulai menjadi seorang entrepreneur.  Menurut dia, semakin tinggi jenjang pendidikan yang kita ambil semakin sulit kita memutuskan untuk menjadi seorang entrepreneur. Ya coba deh kalian yang udah lulus S1, kepikiran ga sih buat usaha? J Kebanyakan dari kita setelah lulus pasti tujuannya adalah cari kerja yang gajinya menurut kita layak. Paling cuma beberapa yang mutusin jadi entrepreneur.

Emang sih ga mungkin juga kan semua rame-rame jadi entrepreneur. Ada yang bakatnya jualan, ada yang bakat ngajar jadi guru, jadi musisi? :) Tiap orang punya minat dan kemampuan atas kapasitasnya masing-masing. Ya paling tidak apa yang kita jalani sekarang adalah apa yang menjadi minat dan kemampuan kita sesuai dengan kapasitasnya. Ukuran apakah kita sedang berada di “track” yang benar adalah: Ketika kerja, ga banyak ngeluh. Enjoy.

Wakakakak sebenernya itu gue banget. Ini tulisan dibuat sebagai peringatan buat gue juga sih. Bahwa gue udah ga cocok dengan apa yang gue kerjain sekarang. Apa yang membuat gue bertahan tidak lain hanyalah rasa syukur :) Gue cuman memposisikan diri gue sendiri untuk hati-hati di “track” dan sigap dalam melihat rambu-rambu peringatan.

Gue selalu percaya bahwa kalau kita jeli, setiap orang itu selalu punya poin plus dibanding orang lain berdasarkan kapasitasnya. Misal, ada orang yang pinter dalam hal pelajaran tapi orangnya garing dan kutu buku, jangan lantas kamu jauhin. Siapa tau dia bisa bantu kamu belajar bareng kalau kamu mentok. Atau kamu pasti pernah liat orang yang ga jago-jago dalam pelajaran, tapi temennya banyak dan dia populer. Perhatiin bagaimana ia berkomunikasi, perhatiin gimana dia bisa narik perhatian, bagaimana dia bercanda. Cewek cerewet tapi kamu bisa mintain pendapat tentang fashion terbaru. Cewek pendiem yang ternyata wawasannya luas karena suka baca buku. Cowok culun tapi ngerti banget tentang komputer. Cowok jorok dan kucel tapi jago banget maen musik. See?  :)))

Bertemanlah dengan yang kutu buku sampai ke playboy kampus. Dari yang polos sampai yang kacrut. Dari yang hobi minum sampai yang hobi ngaji.

Setiap orang itu spesial. Tentu saja juga punya kekurangan. Tapi kita bisa ngambil poin-poin yang baik dari mereka kan?

Kita sepakat bahwa Cristiano Ronaldo itu salah satu pemain sepak bola terbaik di dunia. Namun andai kata ada 11 Cristiano Ronaldo di dunia dalam satu tim. Pelatih manapun pasti ogah mainin semuanya secara bersamaan.
Iya! Bener.. :))



Sama kaya sepakbola yang ditiap posisi mempunyai tugasnya masing-masing. Hidup pun begitu.
Kamu ga bisa bilang Tuhan itu ga adil hanya karena kamu seorang buruh dan tetangga kamu seorang manager kaya raya. Sama halnya dengan orang tua kita dulu yang memberi uang jajan kakak kita yang dibangku kuliah 30 ribu sedangkan kita yang kala itu masih SMA hanya 15 ribu. Lantas apa orang tua kita telah tidak berlaku adil?

Kita hanya menjalankan peran dari Tuhan, berdasarkan ikhtiar yang kita lakukan bersesuaikan dengan kapasitas :)
 
Seperti layaknya sebuah tim sepak bola. Seharusnya manusia pun begitu. Bergerak dalam tim, menjalankan posisi terbaik, memerankan tugasnya dengan konsistensi, menopang satu sama lain untuk membobol gawang lawan.

Terlepas dari siapapun yang mencetak gol.
Disitu, kitalah yang menang :))



Aku. Kamu. Genius.

Kamis, 22 Agustus 2013

Seakan Langit Selalu Di Atas, Padahal Bumi Itu Bulat.

Kemarin sewaktu pulang kerumah, gue sempat berbincang dengan bokap tentang kasus korupsi yang melibatkan Rubi Rubiandini selaku Ketua SKK Migas dengan perusahaan Kernel Oil Pte Ltd. Rudi Rubiandini ini Guru Besar di ITB jurusan perminyakan, terpilih jadi dosen teladan tahun 1994-1998. Beberapa orang ga percaya beliau melakukan tindak korupsi, karena menurut mereka beliau santun dan dihormati baik oleh para mahasiswa maupun kolega sesama dosen. Gue ga ngikutin kasusnya sih, jadi ga tau detailnya. Fakta menarik adalah bahwa banyak orang yang “dianggap” baik, tapi tidak “sebaik” yang dikira.

Contoh lainnya itu kenalan gue. Beliau seorang dosen disebuah universitas swasta, ngajar mata kuliah Pendidikan Agama. Aktif dalam kegiatan politik, beliau kemudian terpilih sebagai anggota legislatif daerah. Setelah beberapa tahun menjabat, gue mendengar kabar bahwa beliau berurusan dengan  polisi karena tertangkap basah membawa narkoba di sebuah bar. Sepengetahuan gue beliau ini orangnya baik, sering main kerumah ngobrol dengan bokap. Santun, sering ngasih saran-saran buat jaga diri karena gue waktu itu masih kuliah dan ngekos di Depok.
Atau kisah temen gue. Orangnya baik dan lugu. Siapa sangka tau-tau hamilin anak orang. Emang sih ga kenal deket, tapi kan bikin kaget juga -_-

Tapi, mengutip obrolan Danny Archer (Leonardo Di Caprio) dengan seorang kakek di film Blood Diamond, yang kurang lebih begini:



Danny:  So u think cause your intentions are good, they’ll spare u, huh?”
The Oldman: ”My heart always told me that people are inherently good. My experience suggests otherwise. But what’s about you, Mr. Archer? In your long career as a journalist, would u say that people are mostly good?”
Danny: “No, I’d say they’re just people.”
The Oldman: “Exactly! It is what they do that makes them good or bad. A moment of love, even in a bad man, can give meaning to a life. None of us knows whose path will lead us to God.”

Iya. Kita ini hanya manusia :)
Dimana baik dan buruk. Benar dan salah. Dan apapun yang ada di dunia ini menjadi relatif.
Di Barat ciuman di tempat umum mungkin dianggap hal yang biasa. Kalau di Indonesia mungkin udah di grebek satpam :)
Bagi beberapa orang selembar uang 10 ribu mungkin hanya cukup buat beli sebungkus rokok, sebagian orang lagi mungkin untuk makan seharian atau di Jakarta mungkin “cuma” cukup buat bayar parkir di mal ya?

Semua relatif.





“Seakan langit selalu diatas, padahal bumi itu bulat.”

 
 
Gue sempet berbincang dengan seorang bapak di dekat rumah. Beliau bilang, bahwa setan itu punya tingkatan-tingkatan atau pangkat layaknya manusia. Jadi misal, buat godain orang kaya gue, diutuslah setan yang ecek-ecek, memberikan hasutan-hasutan, sehingga menyebabkan mata gue terasa berat berasa ditindihin Pevita Pearce ( Ehh, itu sih gue mau! :D ) dan seketika gue pun bablas solat Shubuh X))

Terus gimana orang beriman yang rajin solat? Atau bahkan yang sesekali bangun tengah malam untuk solat tahajud?

Menurut beliau, setan ecek-ecek ga akan mempan ngehadapin orang kaya gini. Ibarat tinju, dalam hal ini juga ada kelas-kelasnya. Untuk orang yang beriman, maka diutuslah setan yang lebih tinggi pangkatnya, lebih “pintar” menghasut, tipu muslihatnya tinggi. Lalu si setan membisikan sesuatu ke hati orang yang beriman ini.

           “Kamu hebat! ketika temen-temen kamu tidur dan orang lain pada tidur, kamu malah bangun untuk solat tahajud. Kamu bangga dong? Yaiyalah. Harusnya temen-temen kamu nyontoh kamu. Kamu lebih baik dari mereka.”

Dan seketika, dihatinya terselip rasa sombong, ngerasa paling baik, ngerasa paling benar.

Ngeri.

Ngeri, disatu sisi tahajud itu bagus banget, di sisi lain mungkin setan menunggu celah untuk menyelipkan rasa paling benar, paling baik. Merasa paling benar bisa membuat kita menyakiti seseorang atau banyak orang. Belakangan sebuah kelompok agama bisa dengan mudah men-judge seseorang sesat. Atau akun-akun anonim yang menyudutkan orang-orang tertentu, menyalahkan, membongkar aib, yang mungkin saja itu barulah sebuah dugaan. Melecehkan alay. Diskriminasi. Dan contoh-contoh lainya.

Terus gimana dengan koruptor? pemerkosa? itukan sudah pasti salah??

Ya memang salah, dan WAJIB dihukum.
Tapi kalau dipikir secara logika, itu semua juga kan hanya karena "sebagian besar" dari kita menganggap itu salah. Kalangan tertentu, mungkin menganggap korupsi biasa-biasa aja. 
Lagi-lagi relatif.

Namun, lebih baik merasa salah dan terus memperbaiki diri sendiri, dari pada merasa “paling” benar dan akhirnya mencari-cari kesalahan orang lain. Merasa paling benar bisa menutup perasaan salah, melupakan bahwasanya kita hanya manusia tempatnya salah. Kita selalu sepakat manusia itu ga ada yang sempurna. Tapi kenapa manusia ga pernah berusaha untuk saling menyempurnakan ya? Mungkin John Lennon di lagu Imagine ada benarnya.

Agama gue mengajarkan, untuk berdoa minimal 17 kali sehari. Mau itu kyai, pejabat, tukang beca, tua, muda, jomblo, semua doanya sama. 

Tunjukilah kami jalan yang lurus”.  

Terkandung dalam surat Al-Fatihah ayat 6, Surat Al-Fatihah wajib dibaca setiap shalat.

Menurut gue,
Sekali lagi menurut gue loh.

Sebaik-baiknya manusia kita tak pernah tau sedang berada dijalan yang benar atau ngga. Karena semuanya relatif dan samar-samar. Maka dari itu kita selalu meminta petunjuk-Nya. Berharap bahwa "jalan" yang kita pilih adalah jalan yang benar.

Segitu aja deh.
Lagi pengen nulis dan dasar tulisan ini cuman hasil dari ‘ke-sok-tau-an’ gue. 
Jadi, kalau gue salah. Marilah kita sepakat. Bahwa ternyata iya, hanya Allah Yang Maha Benar :)) 

(pinjem kata-katanya surayah)