Rabu, 09 Oktober 2013

Kala itu, 9 Oktober 1988

9 Oktober 1988 adalah hari bersejarah untukku. Hari dimana ketika dua insan saling mengikat janji, merencanakan dengan detail sebuah penyelundupan terbesar. Penyulundupan apa? Ya penyelundupan aku. Pidibaiq bilang, katanya, aku ini adalah imigran dari sorga, yang diselundupkan ayahku ke bumi ketika tegang di kamar pengantin, hahaha. Mungkin dia ada benarnya.

9 Oktober 1988, hari pernikahan ayah dan mamahku. Aneh ya, harusnya panggilan itu ayah-ibu atau papah-mamah. Ini malah ayah-mamah hehehe. Tak apalah, mungkin itu dasar mengapa aku suka yang anti-mainstream. Taun ini 2013. Genap 25 tahun usia pernikahan mereka. Atau bahasa kerennya the silver wedding :)

Aku ingin memberikan sesuatu yang spesial sebagai hadiah. Memikirkan barang apa yang istimewa yang bisa aku kasih. Sayang sekali aku tidak mempunyai seorang saudara perempuan untuk bersama-sama memikirkan hal yang so sweet, seperti kebanyakan teman-teman perempuanku kepada ayah ibunya. Hanya seorang adik laki-laki yang kupunya yang sekarang beranjak dewasa, mudah-mudahan tak akan senakal aku. Hal yang mungkin jarang ibuku dengar mungkin kalimat "Aku sayang mamah". Ibuku saja mungkin jarang dengar, jarang sekali, mungkin hanya dalam pesan pesan singkatku. Apalagi ayah. Kayanya ga pernah. Ya makanya kalau nanti aku berumah tangga, aku ingin punya seorang anak perempuan, biar di so sweet-in hahaha. Tapi apalah sebuah ucapan jika tak di barengi tindakan. Mudah-mudahan, meski aku tak pernah mengucapkannya langsung, dari segala perbuatanku, aku yakin mereka tau bahwa aku sangat, sangat mencintai dan menghormati mereka.

Suatu waktu, aku pernah berbicara pada ayahku tentang mimpiku untuk menjadi seorang penulis. Entahlah penulis apa, aku tak ingin membatas batasinya. Maka, untuk hadiah aku berpikir. Kenapa aku tak membuat sebuah tulisan saja? :)

Aku bersyukur dilahirkan dari lingkungan keluarga yang hangat, penuh kasih sayang, dan perhatian  Dibesarkan ayah ibu yang hebat. Buatku, ayah bukanlah hanya seorang yang menafkahiku dari bayi hingga sampai aku yang sekarang, aku yang bisa bikin bayi kalau mau hahaha. Ayah adalah panutan setelah Nabi-ku. Ayah adalah apa yang aku iri sebagai laki-laki. Kharismatik, berwibawa, dan tenang. Apa yang menempel didirinya adalah segala atribut yang dibutuhkan seorang pemimpin. Sosok punggungnya adalah kebanggaan. Ia yang mengantarkanku ketitik ini. Ah entahlah, ayah terlalu bisa diandalkan. Ia ingin selalu aku "aman". Padahal selayaknya anak laki-laki, aku selalu mendamba sebuah petualangan. Aku hanya ingin menjadi sepertinya, karena mungkin ia lupa, apa yang membentuk beliau yang sekarang adalah "petualangan-petualangan" yang telah ia lewati. Sosoknya sebagai pemimpin sudah terlihat semenjak beliau kecil. Jadi ketua kelas dari SD sampai SMA. Aktif berorganisasi. Menjadi ketua Karang Taruna, menyatukan beberapa kampung yang dulu suka konflik untuk bergerak bersama, dan itu tidaklah mudah. Beberapa orang tau ayahku adalah seorang RT dalam 10 taun belakangan ini. Padahal ketika ia masih bujangan, beliau sudah menjadi ketua RT dilingkungan rumahnya. Bakat apa gimana ya :)))

Pernah kuliah hukum, tapi karena satu dan lain hal kemudian ia banting stir ke jurusan keguruan. Numpang tinggal dirumah saudara semenjak SMA hingga kuliah. Masa-masa yang berat pada awal pernikahan membuatnya harus bekerja lebih keras, mencari kerjaan diluar profesinya sebagai guru. Dibantu ibuku yang bekerja sebagai karyawan disebuah notaris. Maklumlah, kala itu penghasilan guru kecil. Apalagi ayah masih bekerja sebagai guru honorer. Tapi benarlah kalimat bahwa anak adalah pembuka pintu rezeki. Ketika aku lahir, ayah diangkat sebagai PNS, dan taukah kamu, hampir saja aku dinamai Eska katanya. Merujuk pada SK diangkatnya ayah sebagai PNS hahaha. Tapi ga jadi, malu katanya, ketauan banget :)))

Sebagian temanku yang main kerumah selalu takut dengan ayah. Kaya bos mafia katanya hahaha. Padahal kalau sudah dekat, ayah ku adalah teman ngobrol yang seru. Setiap minggu dimana aku pulang kerumah dari Jakarta tempatku bekerja, tak pernah aku lewatkan sedikitpun diskusi kecil dimalam hari sebelum tidur. Dengan ayah ngobrol ditemani segelas kopi, membicarakan dari hal-hal berbau politik, agama, pandangan hidup, hingga tipe menantu yang ayah pengen katanya hahaha.
Packaging nya aja yang serem, sebenarnya orangnya humoris. Aku selalu senang ketika ia menggoda ibuku atas makannya yang keasinan atau kebiasaan ibuku yang suka tiba-tiba ketiduran kalau sudah berada di tempat yang adem dan empuk :)))
Ya, beliau adalah inspirasi, yang membentuk apa-apa yang baik padaku.


Lalu bagaimana dengan ibuku katamu?
Ah, apalah ibu itu. Hanya jantung yang bedegub di dadaku.

Ibuku adalah seorang wanita multi talenta, melebihi Agnes Monica menurutku :)))
Bagaimana tidak, ia menjalankan perannya dengan baik sebagai seorang karyawan, seorang istri, seorang ibu, dan seorang ibu RT :)))
Kamu taukan bagaimana caraku tertawa? sebagiannya mungkin warisan dari ibuku hahaha.

Ia jarang sekali memarahiku atas kesalahanku. Ketika aku salah, ayahku yang datang menasehatiku, karena mereka tau sekali ketika emosi naik, seseorang kadang susah mengontrol apa yang ia ucapkan. Dan seorang ibu harus selalu mejaga ucapannya kepada anak-anaknya. Ya karena setiap ucapan ibu adalah doa kan? Ibuku berujar, seorang anak yang bodoh bisa saja karena ibunya tidak bisa menjaga ucapan kepada anaknya, misal: "Ih, kamu mah blo'on, gitu aja ga bisa, gimana sih". Mungkin saja itu diucapkan secara ga sadar atau sekedar becandaan. Tapi berhati-hatilah kelak hey para calon ibu. Ucapan ibu itu doa :))) 

Sebulan pertama, setelah pertama kali aku menapakan kakiku di dunia kerja. Hal yang aku rasakan adalah capek juga ya kerja. Kok banyak orang yang mau-maunya nyari kerja padahal kerja itu capek kan hahaha.
Lalu aku teringat ibuku ketika aku masih kecil. Bagaimana bisa tubuhnya yang mungil bekerja dengan jumlah jam kerja yang sama dengan ku, lalu mesti bangun pagi untuk menyiapkan sarapan, menyapu rumah, menjemur pakaian, mengantar aku sekolah, lalu berangkat kerja, kemudian menjelang sore menjemputku dan adik ku dirumah nenek dan begitu setiap hari.

Ketika aku menggenggam slip gaji pertamaku.
Dengan cara-Nya, Tuhan telah membuatku berkali-kali, jauh berkali-kali lipat mencintai ibuku :)
Taun lalu beliau memutuskan berhenti bekerja, katanya biar aku saja yang kerja, capek katanya, udah tua :)))
Mungkin memang sudah waktunya tongkat estafet berpindah.

Kini ibuku sudah menjadi ibu rumah tangga seutuhnya. Hanya jabatan ibu RT yang sepertinya tak bisa lepas.
Sedang rajin masak sekarang, mencoba resep-resep baru yang belum sempat Ia coba semasa masih kerja. Dulu yang aku ingat kalau bikin kue selalu bantet hahaha. Tapi abis juga akhirnya :))

Dari mereka, aku belajar tentang hidup.
Dari mereka, aku bersyukur.
Karena mereka, aku menjadi sesuatu.
Dan sekarang, giliranku, untuk menjadi keren :)))

Selamat ulang tahun pernikahan yang ke-25. Ayah dan Mamah. Jangan minta hadiah menantu dulu ya, ripuh entar hahaha. Doa terbaik dari anakmu di kamar kosan :)




Jakarta, 9 Oktober 2013