Jumat, 15 Agustus 2014

Nothing To Lose


Heyy.. sudah lama sejak terakhir gue nulis. Akhir-akhir ini sibuk adaptasi sama tempat kerja baru. Sudah hampir 4 bulan semenjak hari pertama masuk kantor baru. Banyak hal yang terjadi dan merubah banyak rentetan hal lainnya ;p

Beberapa hari yang lalu, gue berjumpa dengan seorang kawan. Kawan lama dan kita ngopi disebuah cafe dekat rumah. Banyak hal yang kita bicarakan, termasuk tentang rencananya untuk menikah akhir bulan ini. Sebenernya gue udah tau. Tapi kali ini dia cerita tentang bagaimana waktu dia lamaran.
Asal kalian tau temen gue ini seorang ustadz :)))

Doi mutusin buat ta'aruf dengan seorang perempuan nun jauh disebrang pulau. Terus berangkat dah dia ngelamar beberapa bulan yang lalu. Konsep yang gue tau tentang ngelamar seorang cewe adalah dimulai dengan pedekate, suka-sukaan, pacaran, kenalin orangtua masing-masing, cocok, serius, lamar dahh. Tapi doi beda, konsep yang dia lakuin islamiyah abis, mmm..tapi sebenernya emang ngajarin buat gitu sih, gue kurang paham juga. Ok, jadi intinya, tanpa kenalan sama orangtua si cewe, doi langsung terbang ngelamar, terbang disini beneran dalam artian sebenernya karena calonnya berada di Riau. Mendapatkan pengalaman naek pesawat pertama kali katanya. Sebagai seorang newbie dalam jam terbang, gue saranin dia buat pake helm standar SNI pas naek pesawat, dia ketawa :)))

Ada satu pertanyaan yang gue utarakan pada malem itu. Kurang lebih:
"Kok lu berani sih, kaga kenal emak bapanya, kesana aja gitu langsung ngelamar, kalau ditolak gimana?" gue nanya heran.

Diapun jawab:

"Gue cuma lurusin niat aja. Gue mau nikah semata mata karena menikah itu perintah Allah. Karena tujuan fokusnya gue bukan nikahin si cewe. Kalaupun dia nolak, yowis cari yang lain. Nothing to lose aja."

Beuh.



Jujur aja sih, untuk masalah agama gue orangnya ga lurus2 amat, banyak beloknya.
Tapi untuk yang satu ini, konsep "Nothing to Lose" yang gue tangkep dari doi, keren abis.
Bukan cuman dari hal mencari jodoh sih, kita bisa instal konsep ini diberbagai hal dan bagaimana menjalani hidup lebih keren. Temen gue yang satu ini emang cool abiss.

Hitmansystem, suatu badan konsultan yang bergerak dibidang hubungan romansa dan sosial berujar, bahwa, ketika kita kecewa itu berasal dari sebuah ekspektasi yang kita buat. Kita kecewa karena mindset yang kita buat, ekspektasi yang berlebihan, atau skenario yang diinginkan tidak berjalan sesuai apa yang kita mau. Mereka mencontohkan, dalam proses PDKT kita pernah kecewa saat kita tau bahwa ternyata cinta kita bertepuk sebelah tangan. Kekecewaan ini bukan karena kita ditolak, tapi hadir karena kita mempunyai ekspektasi bahwa cinta kita akan berbalas, baru pendekatan kita udah mikir berpegangan tangan, nikah, punya anak, bahagia selama-lamanya kaya di film-film. Kita kecewa bukan karena ditolak, tapi karena ekspektasi yang kita buat sendiri, semakin tinggi ekspektasi yang kita buat semakin jatuh kita dalam kekecewaan.

Pidi Baiq, seorang imam beser Buah Batu mempunyai konsep yang beliau sebut Pesimis Positif. Yaitu tentang bagaimana kita merendahakan ekspektasi dengan meninggikan usaha. Mungkin maksudnya biar ketika kita ga dapet apa yang kita mau, ga kecewa-kecewa amat.

Dalam Islam, mungkin semuanya bakal lebih mudah, ketika kita melakukan sesuatu, kita lakuka hanya untuk Allah, Lillahita'ala. Masalahnya, untuk sampai ketahap itu, ilmunya tinggi coy. Ga bisa sembarang orang. Teorinya ada, tapi prakteknya susah :))

Setiap manusia, dititipkan hawa nafsu, yang mana dari situ timbul sebuah "keinginan". Normalnya ketika kita menginginkan sesuatu, kita ingin mewujudkan keinginan tersebut, mendapatinya berada ditangan kita. Mindset ini yang harus dirubah, bahwa ketika kita mempunyai keinginan, tujuan kita terhadap keinginan kita ini adalah "mengusahakan"-nya bukan "mendapatkan"-nya. Dengan merubah tujuan kita bisa terhindar dari ekspektasi yang berlebihan, seperti konsepnya Pidi Baiq, meninggikan usaha.

Thomas Alfa Edison perlu ribuan lebih percobaan "cuma" untuk lampu pijarnya menyala. Bayangkan jikalau ekspektasi yang beliau punya melebihi usahanya, bisa jadi dia kecewa dipercobaan ke seratus, dan ga ngelanjutin penelitiannya, kita jadi gelap-gelapan terus deh.

Beberapa waktu lalu Robin Williams, aktor komedi terkenal Hollywood meninggal, ada satu quote dari beliau yang gue suka.

"Real loss is only possible when you love something more than you love yourself."

Jadi, cintailah dirimu sendiri. Bukan dalam artian menjadi egois, hanya saja ketika kamu menggantungkan kebahagianmu dan berekspektasi lebih kepada sesuatu dan orang lain, kamu jadi mudah kecewa.

Kamu adalah satu-satunya andalanmu untuk membuatmu senang dan Tuhan adalah sebaik-baiknya pemberi kebahagiaan :)


Firdan Zein,
Depok, 15 Agustus 2014
Ketika dikantor, dan minum kopi.