Kamis, 13 November 2014

Untuk Sepatu dan Matahariku

Selalu ada alasan disetiap pertemuan.
Selalu ada sebab disetiap perpisahan.
Tak ada yang perlu disalahkan.
Karena Tuhan tak pernah perlu pembenaran.

Seperti katamu,
kataku.
Berkata-kata kita bersama.
Dalam frekuensi, kita berbeda.

Sang penghujan membawa butir jatuh dari mata itu.
Gelap, namun aku masih bisa melihat wajahmu.
Ada segelas air yang berubah menjadi dingin.
Ada tetes air yang seka kuingin.

Tuhan seperti mengirimkanmu khusus ke bumi.
Untuk, ketika aku disisimu, aku bisa bercerita tentang apapun.
Seperti aku tak perlu menjadi diriku yang lain. Sesederhana kamu dengan kebiasaanmu.
Namun, tak pernah kita benar-benar saling memilki.
Mengambang ditengah keakuanku, diantara lemahnya kamu.

Menjauh tak berarti tak ingin bersama.
Saling menjaga tak harus selalu dekat kemana mana.

Bagaimanapun, aku adalah laki-laki.
Yang perlu kemampuan khusus bahkan untuk meredam egoku sendiri.

Namun, denganmu aku mau mengalah.
Dan untukmu.
Terima kasih kau pernah mau.


Firdan, 12 November 2014